BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah
pertumbuhan peradapan manusia banyak menunjukkan bukti bahwa salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan organisasi (baca: lembaga pendidikan)
adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi
banyak ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali dan
penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menunju tujuan yang akan
dicapai. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian bahwa arah
yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan harus sedemikian rupa
sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang
tersedia. Arah yang dimaksud tetuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan
dijalankan oleh organisasi bersangkutan. Perumusan serta penentu strategi dan
taktik adalah pemimpin dalam organisasi tersebut.
Banyak hasil studi yang
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam setiap organisasi
merupakan faktor yang berhubungan dengan setiap organisasi merupakan faktor
yang berhubungan dengan produktifitas dan efektivitas organisasi. Sutermeister
mengemukakan ada beberapa factor determinan terhadap produktifitas kerja antara
lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type
of leadership), dan pemimpin (leaders).
BAB II
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
A.
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi,
tetapi peran utamanya adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Ada beberapa unsur-unsur pokok kepemimpinan yaitu: pemimpin,
yang dipimpin, adanya proses mempengaruhi, adanya tujuan yang diinginkan.[1]
Banyak pendapat dari
para tokoh mengenai arti dari kepemimpinan ini, yaitu:[2]
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang
dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses
komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. (Tannenbaum,
Weschler, & Massarik, 1961:24)
2. Kepemimpinan adalah pembentukkan awal serta
pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
3. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh
sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap
pengarahan rutin organisasi ( Katz & Kahn, 1978:528).
4. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan ( Rauch
& Behling, 1984:46)
5. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti
(pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (
Jacob&Jacques, 1990:281)
6. Para pemimpin adalah mereka yang secara
konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap
orde social dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153)
7. Kepemimpinan
sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja
dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur
aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi
(Yukl, 1994:2).
Secara umum pengertian kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain untuk berpikir dan berperilaku
dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di dalam situasi
tertentu.
Secara umum dalam
artian luas, kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut:[3]
1. Kepemimpinan adalah
keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses
mengontrol gejala-gejala social.
2. Kepemimpinan
merupakan sebagai kepribadian, yaitu kepemimpinan sebagai perpaduan dari
berbagai sifat yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk
mengerjakan beberapa tugas tertentu.
3.
Kepemimpinan sebagai penggunaan
pengaruh.
4. Kepemimpinan sebagai
tindakan dan tingkah laku.
5. Kepemimpinan sebagai
persuasi.
6. Kepemimpinan sebagai
alat mencapai tujuan merangsang motivasi dan koordinasi organisasi dalam
mencapai tujuan.
7. Kepemimpinan sebagai
akibat dari interaksi.
8. Kepemimpinan sebagai
pembedaan peran
9. Kepemimpinan sebagai
inisiasi struktur.
Berdasarkan
beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan
adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan
menggerakan orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan
dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang
dijalankan dapat lebih efektif dan efisien didalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan.[4]
B. Pentingnya
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan pendidikan sangat erat
hubungannya dengan kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk
mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang
kondusif. E. mulyasa (2012) mengemukakan bahwa perilaku instrumental kepala
sekolah merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasikan
dalam peranan dan tugas-tugas para guru sebagai individu dan sebagai kelompok.
Perilaku kepala sekolah yang positif dapat mendorong, mengarahkan, dan
memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi,
misi, dan tujuan sekolah.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang
kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Untuk
membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat,
diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala sekolah
harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan
kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa
“keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.”
Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat
memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja
guru selalu terjaga.[5]
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan
Perilaku seorang
pemimpin pendidikan dalam melaksanakan tugas kependidikan dipengaruhi oleh
banyak faktor yang dapat dikelompokkan pada:
1. Faktor-faktor
yang berasal dari pemimpin itu sendiri, faktor yang berasal dari diri sendiri,
misalnya:
a. Pengertian
tentang kepemimpinan. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak
tidak akan sama perilakunya dengan yang memandang kepemimpinan sebagai pelayan
bagi kesejahteraan orang-orangnya.
b. Hal
yang dikejar dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin yang menganggap prestasi
kelompok merupakan hal yang harus dikejar akan berbeda dari pemimpin yang lebih
menghargai kekurangan orang-orangnya.
c. Cara
orang menduduki pangkat kepemimpinannya. Orang orang yang menduduki
kepemimpinan karena diangkat bukan karena kecakapan nakan berbeda dari orang
yang menjadi pemimpin karenan kecakapan sudah terbukti.
d. Pengalaman
dalamn kepemimpinan: seseorang yang sudah biasa memiliki gaya orientasi kerja
tinggi san orientasi bawahan rendah, cendrung mengunakan gaya tanpa
memperhitungkan lingkungan orang-orang yang dipimpin atau situasi kepemimpinan
yang ada.
e. Pandangan
seseorang tentang manusia, teori Mc Gregor memandang manusia dari 2 sudut ,
yaitu[6]:
1) Yang
pertama sudut x yang mengatakan bahwwa manusia itu pada dasarnya tidak menyukai
pekerjaan dan sedapat mungkin menghindarinya.
2) Yang
kedua adalah teori Y, yang menyatakan bahwa bagi manusia yang berkerja itu
merupakan hal yang alamiah seperti halnya bermain atau istirahat.
2. Faktor
yang berasal dari kelompok yang dipimpin, keadaan kelompok yaitu seperti:
kematangan, kekompakan, latar belakang pendidikan, pengalaman, staf atau guru,
karakteristik murid, latar belakang sosial budaya dan ekonomi anggota staf atau
guru dan murid-muridnya.
3. Faktor
lembaga atau organisasi yang dipimpin. Faktor lembaga yang dipimpin. Faktor
lembaga yang dipimpin yaitu seperti
jenis dan tujuan sekolah, kurikulum yang digunakan sekolah dan karakteristik sekolah
lainnya juga mempengaruhi perilaku kepemimpinan. Misalnya carra memimpin
sekolah teknik berbeda dengan sekolah bisnis, cara memimpin SD dengan SLTA.
4. Faktor-faktor
legal.Seorang pemimpin pendidikan akan berhadapan dengan peraturan-peraturan
formal dari instansi struktur diatasnya, aturan-aturan tersebut akan
mempengaruhi perilakunya. Misalnya UU, PP, Kepmen, dan kebijakan-kebijakan
lainnya.
5. Faktor
lingkungan sosial. Keadaan masyarakat di sekitarnya, misalnya keadaan ekonomi
masyarakat disekitarnya, misalnya kegiatan eknomi masyarakat, pandangan
pemuka masyarakat pada umumnya tentang
pendidikan.
6. Faktor
perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam teori dan bidang pembaharuan dalam
teori atau bidang pendidkan seperti perubahan kurikulum, kemajuan ilmu
pengaetahuan, dan teknologi dalam bidang pendidikan, perbahan-perubahan teori
belajar, akan mempengaruhi perilaku seseorang sebagai pemimpin pendidikan.[7]
D.
Fungsi
Kepemimpinan Pendidikan
Dalam kehidupan
organisasi termasuk organisasi pendidikan, fungsi kepemimpinan adalah hal
penting harus dilakukan seorang pemimpinnya. Menurut Wahjosumudjo (2011) fungsi kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi
yaitu:
1.
Mendefinisikan
dan misi dan peranan oraganisasi
2.
Mengejawantahkan
atau mewujudkan tujuan organisasi.
3.
Mengendalikan
konflik internal yang terjadi dalam organisasi
Sehubungan
dengan fungsi kepemimpinan ini Burhanuddin(1994:67) mengelompokkan menjadi 3
yaitu:
1.
Fungsi yang
bertalian dengan tujuan yang akan dicapai.
Dalam fungsi ini
pemimpin berusaha membantu kelompok untuk memikirkan, memilih dan merumuskan tujuan
yang akan dicapai. Seotopo (1988) merinci fungsi ini antara lain:
a.
Memikirkan dan
merumuskan, dengan teliti tujuan kelompok.
b.
Memberi dorongan
dan penjelasan kepada anggota kelompook supaya dapat menyusun rencanadengan
baik.
c.
Membantu anggota
mengumpulkan keterangan-keterangan yang
diperlukan.
d.
Mendorong anggota
melahirkan perasaan dan fikiran dalam memecah masalah.
2. Fungsi
yahng berkaitan dengan pengarahan pelaksaan setiap kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan kelompok.
3. Fungsi
yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan suasanaa kerja yang menyenangkan. Beberapa usaha yang dapat
dilakukan pemimpin dalam menciptakan suasana kerja yang menyenangkan adalah:
a. Memberi
semngat dan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapi suatu taraf
produktifitas yang tinggi.
b. Membutuhkan
sikap perya diri pada setiap anggota organisasi.
c. Memupuk
dan memelihara suasana kerja sama dan
kelompok.
d. Mengarahkan
suasana tempat kerja yang menyenangkan, sehat dan penuh kemudahan bagi
penyelengaraan tugas.
e. Memupuk
dan menanamkan perasaan berssatu kepada anggota dan perasaan bahwa ia adalah bagian
dari kelompok.
f. Penerapan
gaya atau tipe kepemimpinan demokratis yang tepat dan supervisi yang efektif.[8]
E.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan
adalah pola perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas dan fungsi-fungsi
kepemimpinanatau mempengaruhi para anggota organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Menurut hasil penelitian Universitas OHIO dan
Universitas Michigan secara umum juga mengelompokkan gaya pemimpinan menjadi
dua, yaitu:
1. Gaya
kepemimpinan yang berorientasikan pada tugas perilaku pemimpin dengan gaya ini
cenderung lebih mementingkan tujuan organisasi daripada memperhatikan bawahan.
Ciri-ciri perilaku pemimpin tersebut yaitu:
a. Memberikan
kritik pada pelaksanaan pekerjaan yang jelek.
b. Menekankan
pentingnya batas waktu pelaksanaan tugas-tugas pada bawahan.
c. Selalu
memberi tahu apa yang harus dikerjakan bawahan.
d. Selalu
memberi petunjuk bawahan bagaimana melakukan tugas.
e. Memberi
standar tertentu atas pekerjaan.
f. Meminta
bawahan agar selalu menuruti dan mengikuti standar yang telah ditetapkan.
g. Selalu
mengawasi apakah bawahan bekerja sepenuh kemampuannya.
h. Kurang
memperhatikan pembinaan dan pengembangan bawahan.
2. Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia atau bawahan dengan ciri-ciri
berikut:
a. Ramah-tamah
b. Mendukung
dan membela bawahan.
c. Mau
menerima usulan dari bawahan.
d. Memperlakukan
bawahan setingkat dengan dirinya.
e. Motivasi.[9]
F.
Tipe
Kepemimpinan
Adapun beberapa
tipe-tipe dari kepemimpinan ialah sebagai berikut:
1. Otoriter
Perilaku
pemimpin dengan tipe ini menunjukkan ingin berkuasa. Biasanya pemimpin ini
bertindak sebagai penguasa tunggal, tidak melibatkan bawahan dalam pengambilan
keputusan, dan tidak menghargai pendapat ide dan inspirasi bawahan. Pemimpin
yang memiliki karakter yang otoriter memiliki ciri-ciri berikut ini:
a.
Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
b.
Keputusan dan kebijakan dibuat oleh pimpinan
c.
Komunikasi berlangsung satu arah
d.
Pengawasan dilakukan secara ketat
e.
Prakarsa dari atas dan tanpa kesempatan bawahan untuk
memberikan saran
f.
Lebih banyak kritik daripada pujian
g.
Pimpinan menuntut kesetiaan dan prestasi sempurna
h.
Tangung jawab
keberhasilan organisasi dipikul oleh pimpinan
2. Demokratis
Pemimpin
yang memiliki tipe karakter demokratis merupakan kebalikan dari tipe
kepemimpinan otoriter. Ciri-cirinya yaitu:
a.
Memberikan tanggungjawab dan wewenang kepada
semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi
kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan
organisasi.
b.
Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk
mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.[10]
c.
Komunikasi berlangsung dua arah
d.
Pengawasan dilakukan secara wajar
e.
Bawahan diberi kesempatan untuk berprakarsa dan
menyampaian saran
f.
Tugas kepada bawahan lebih bersifat permintaan
daripada instruksi
g.
Pujian dan kritik kepada bawahan diberikan secara
seimbang
h.
Terdapat suasana saling percaya dan saling
menghargai
i.
Tanggung jawab dipikul bersama dengan bawahan
3. Tipe
Laizes Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini, pemipin seperti tidak melakukan fungsi kepemimpinan dan
sifat kepemimpinannya tidak tampak. Ciri-cirinya yaitu:
a.
Pimpinan melimpahkan sepenuhnya kepada bawahan
b.
Keputusan dan kebijakan lebih banyak diserahkan
kepada bawahan
c.
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahan
d.
Hampir tidak ada pengawasan
e.
Pemrakarsa selalu datang dari bawahan
f.
Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
g.
Kepentingan pribadi lebih dominan daripada
kepentingan kelompok
h.
Tanggung jawab dipikul oleh orang perorang.[11]
4.
Tipe Pseudo Demokratis
Tipe pseudo demokratis disebut juga dengan
demokratis semu.seorang pemimpin yang memiliki tipe ini hanya nampaknya saja
yang demokratis, padahal sebenarnya tindakannya bersifat otoriter atau absolut.
G.
Syarat dan Prinsip Proses Kepemimpinan
Pendidikan
Syarat pemimpin pendidikan untuk memangku jabatan pemimpin
pendidikan yang dapat melaksanakan tugas tugasnya dan memainkan peranannya
sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan
jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis
yang layak. Akan tetapi pada bagian ini yang akan dikemukakan hanyalah pesyaratan persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang
baik. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Seorang
pemimpin harus memiliki kepribadian yang teruji antara lain: periang, ramah,
bersemangat, pemberani, murah hati, spontan, percaya diri, dan memiliki
kepekaan sosial yang tinggi.
2. Paham
dan menguasai tujuan yang hendak dicapai dan mampu mengkomunikasikan kepada
bawahan dan stake holder.
3. Berwawasan
lebih luas dibidang tugasnya dan bidang-bidang lain yang relevan. Berpegang
pada prinsip-prinsip umum kependidikan yang meliputi: konstruktif, kreatif,
partisipatif, kooperatif, pendelegasian yang baik/proporsional, memahami dan
menerapkan prinsip kepemimpinan pancasila yang dikembangkan oleh Ki Hajar
Dewantara.
Selain adanya syarat bagi seorang
pemimpin yang baik, ada beberapa aspek personalitas yang penting dimiliki
seorang pemimpin dalam kepemimpinan pendidikan, diantaranya:
1.
Kekuasaan
Kekuasaaan
adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka
penyelesaian tugas tertentu.
2. Kewibawaan
Kewibawaan
merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur
orang lain dan patuh padanya.
3. Kemampuan
Kemampuan
adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun
social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip
James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai
persyaratan, antara lain:
a.
Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
b. Prestasi,
gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
c. Tangggung
jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
d. Partisipasi
aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
e. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.[12]
H.
Kunci
Sukses Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah
Berikut langkah-langkah untuk
menciptakan gaya kepemimpinan yang tepat, seperti diungkapkan Rebecca Hourston,
Director of Programs Aspire, sebuah perusahaan di bidang penelitian, seperti
dikutip dari Womensmedia.:
1.
Berani dan
Penuh Percaya Diri
Agar seorang
atasan
memiliki cahaya yang terang, ia harus memiliki keberanian untuk
melakukan sebuah tantangan besar. Saat akan mengambil sebuah tantangan, seorang
pemimpin harus berani mengambil risiko dan harus terus berjalan, tak peduli
yang dikatakan orang lain.Di sini,karakter yang kuat sangat diperlukan seorang
pemimpin. Ia harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa apa yang akan
dilakukannya ialah sesuatu yang benar dan akan mendatangkan sebuah keuntungan
bagi perusahaan.Inti dari gaya kepemimpinan ini ialah,jangan pernah takut
mengambil risiko dan jangan pernah takut melakukan kesalahan. Untuk memunculkan
sifat ini, sebaiknya atasan melakukan evaluasi, hal penting dan menantang apa
yang bisa dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu minggu, buatlah
tiga sampai lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif jika diterapkan,
kemudian terapkan gaya tersebut di minggu berikutnya.
2.
Mempertajam Kekuatan
Seorang ahli di bidang Emotional
Intelligence, Daniel Goleman, melakukan penelitian terhadap gaya kepemimpinan
di 500 perusahaan dan menemukan beberapa tipe kepemimpinan yang menonjol,
misalnya melihat jauh ke depan (visionary), demokratis, dan senang melatih.Nah,
carilah keahlian atau kekuatan Anda dan jadikan hal tersebut sebagai gaya
kepemimpinan Anda. Gaya kepemimpinan tersebut nantinya bisa menjadi ciri khas
Anda. Gaya tersebut juga menjadi kekuatan yang akan mengantarkan Anda pada
kesuksesan karier.
3.
Padukan beberapa Gaya Kepemimpinan
Meski memiliki ciri khas gaya
kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga bisa memadukan beberapa gaya
kepemimpinan sekaligus dalam dirinya.Dalam penelitiannya, Goleman juga
menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses umumnya memadukan beberapa gaya
kepemimpinan pada dirinya karena satu gaya saja tidak pernah cukup mengatasi
masalah yang banyak.Jika misalnya seorang atasan pria harus banyak berinteraksi
dengan karyawan yang kebanyakan perempuan atau sebaliknya, gunakan pendekatan
dengan gaya kepemimpinan yang lembut dan penuh perhatian. Tapi, di saat
tertentu gunakan gaya kepemimpinan maskulin yang tegas.Untuk bisa memadukan
beberapa gaya kepemimpinan dengan tepat, identifikasi wilayah dan karyawan yang
ada di bawah atasan, kemudian carilah gaya kepemimpinan yang tepat untuk
dipadukan dengan gaya kepemimpinan yang menjadi ciri khasnya. Setelah itu,
lihat hasilnya dan lakukan evaluasi jika hasilnya belum maksimal.
4.
Ciptakan
Tujuan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang
baik, seseorang harus bisa mengomunikasikan tujuan, visi, dan misi yang ingin
dicapai timnya. Dengan mengomunikasikan, ini akan membuat bawahan merasa
terpacu untuk mencapai target, dan atasan sang pemimpin juga bisa melihat bahwa
pemimpin ini bisa membimbing anak buahnya. Untuk bisa menemukan tujuan dan visi
yang tepat, pelajarilah semua hal yang terjadi di luar perusahaan. Setelah itu,
tentukan tujuan, bangun kerja tim, dan gerakkan mereka semua untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
5.
Pemberi
Semangat
Pemimpin yang terbaik adalah manusia
karena manusia bisa memberikan semangat dan mampu memotivasi karyawannya.
Pemimpin haruslah bisa menempatkan dirinya sebagai seorang motivator saat
karyawannya menemui halangan.Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi setiap
karyawannya hingga tiap karyawan bisa memberikan yang terbaik bagi
perusahaan.Karena itulah, seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu bertanya
kepada dirinya sendiri, “apa yang bisa saya berikan kepada tim saya hari ini?”
6.
Seimbang
Setiap pemimpin harus bisa mengukur
risiko yang dihadapinya. Selain itu, ciptakan waktu yang tepat untuk menikmati
hidup di luar pekerjaan.
7.
Menjadi Diri
Sendiri
Tak ada yang
lebih baik selain menjadi diri sendiri. Karena itulah, jadilah pemimpin yang
sesuai dengan kepribadian Anda, jangan berusaha untuk menjadi orang lain yang
bukan diri anda.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain untuk berpikir dan
berperilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di dalam situasi
tertentu.
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu: dari pemimpin itu sendiri, kelompok yang
dipimpin, organisasi yag dipimpin, lingkungan sosial, dan perubahan-perubahan
dan pembaharuan dalam teori dan bidang pembaharuan dalam teori atau bidang
pendidkan.
3. Fungsi
kepemimpinan, yaitu:
a. Mendefinisikan
dan misi dan peranan oraganisasi
b. Mengejawantahkan
atau mewujudkan tujuan organisasi.
c. Mengendalikan
konflik internal yang terjadi dalam organisasi
4. Dalam
hal kepemimpinan, ada beberapa tipe dari
kepemimpinan itu sendiri. Tipe-tipe tersebut adalah: otoriter, demokratis,
laizes faire, dan pseudo demokratis.
5. Syarat-syarat
kepemimpinan:
a. Berwawasan
luas
b. Paham
dan menguasai tujuan yang akan dicapai
c. Memiliki
kepribadian yang teruji
6. Kunci
sukses dalam berkepemimpinan antara lain:
a. Berani
dan penuh percaya diri
b. Seimbang
c. Suka
memberi semangat
d.
Memadukan beberapa gaya kepemimpinan
e. Mempertajam
kekuatan
f. Menjadi
diri sendiri
B.
Saran
Dengan hadirnya
makalah ini mudah-mudahan memberi manfaat bagi pemakalah dan pembaca sekalian.
Sekiranya bila masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
diharapkan kritikan dan saran yang dapat membangun makalah ini agar lebih baik
untuk kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar